SEKOLAH TINGGI ILMU
ADMINISTRASI ( STIA )
AMUNTAI TAHUN 2014
HUBUNGAN MASYARAKAT
Pentingnya
Pencitraan Dalam Kegiatan Public Relations
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbicara Pencitraan
tidak lepas dari preposisi seseorang atau organisasi terhadap citranya dimata
public sehingga melahirkan sebuah respon positif. Begitu juga akselerasi public
terhadap pribadi selalu dapat dilihat dari sejauhmana menampilkan kesan positif
yang bisa membangun tingkat kepercayaan terhadap pigur pribadi atau branc image
sebuah organisasi.
Masalahnya sering kali
terjadi kalau citra membangkitkan kepura-puraan kita terhadap public. Sehingga
seolah kita melakukan sesuatu bukan diri kita tapi polesan lipstick. Apa yang
kita lakukan hampir sama dengan apa yang kita pikirkan. Kita akan terlihat
percaya diri ketika kita berpikir bahwa diri kita pantas untuk memiliki citra
kita sehingga ketika kita masuk ke sebuah restoran maka kita pikirkan tentang
jenis pelayanan yang kita terima, cara orang lain menatap kita dengan respek
dan segalanya nampak tepat pada tempatnya bagi kita.
Itulah pemposisian citra
kita terlihat akan kuat tapi tidak mencerminkan kearoganan dan kemunafikan di
dalamnya tapi di dalam ada ketulusan hati untuk berprilaku sehingga semua orang
akan menangkap citra kita secara positif karena memang kita pantas mendapat
respek tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, kita dapat merumuskan beberapa permasalahan dalam menyajikan
makalah ini, antara lain:
1. Apa
definisi pencitraan ?
2. Apa saja jenis-jenis pencitraan?
3. Apa fungsi dan tujuan pencitraan
bagi seorang Public Relations ?
4. Bagaimana membangun citra
yang positif ?
C.
Tujuan
1. Memahami
definisi Pencitraan.
2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis
pencitraan.
3. Mengetahui
dan memahami fungsi dan tujuan
pencitraan bagi seorang Public Relations.
4. Mengetahui
dan memahami bagaimana cara
humas (Public Relations) dalam membentuk Citra yang Positif
D.
Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah
1. untuk menambah wawasan pengetahuan tentang
Pencitraan dalam Public Relations
2. Mendapatkan
informasi tentang jenis-jenis, fungsi dan tujuan Pencitraan
3. Mendapatkan
pengetahuan mengenai peran humas (Public Relations) dalam membentuk citra yang
positif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Pencitraan
Menurut Frank Jefkins dalam
buku Public Relations , definisi
citra dalam konteks humas citra diartikan sebagai "kesan, gambaran, atau
impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan berbagai
kebijakan personil personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau
perusaahaan.”
Pencitraan adalah suatu upaya pembentukan opini publik sesuai dengan
harapan pihak yang melakukan pencitraan tersebut. Umumnya, yang melakukan
pencitraan ini adalah orang yang bersangkutan. Tetapi, bisa juga dilakukan
dengan bantuan tim sukses atau orang terdekat.
Menurut “Collin English Dictionary” (Sandra Oliver, 2006:50) memberikan
istilah citra adalah suatu gambaran tentang mental; ide yang dihasilkan oleh
imaginasi atau kepribadian yang ditunjukkan kepada public oleh seseorang.
Pencitraan awalnya adalah
istilah yang digunakan bagi para politisi yang tiba-tiba jadi banyak berbuat
amal menjelang pemilu. Hal ini digunakan untuk memperbaiki citra mereka di mata
publik. Pencitraan
mulai bergeser makna ketika social media seperti Facebook, Twitter, dan
Foursquare mulai merajalela di Indonesia. Untuk pertama kalinya, user bisa
memamerkan apa yang mereka rasakan/sedang makan/sedang lihat/sedang dipikirkan
kepada banyak orang sekaligus. Pencitraan
model baru ini semakin merajalela dengan semakin merajalelanya ponsel-ponsel
yang bisa internetan di Indonesia. Ponsel-ponsel ini memungkinkan semua orang
untuk update status dimanapun kapanpun tanpa perlu menunggu pulang ke rumah
atau pergi ke warnet. Hal-hal
yang paling banyak digunakan untuk pencitraan
seperti: Makanan,
event, konser band, tempat, dan kegalauan.
Definisi citra adalah suatu representasi, kemiripan,
atau imitasi dari suatu obyek atau benda. Sebuah citra mengandung informasi
tentang obyek yang direpresentasikan. Citra dapat dikelompokkan menjadi citra
tampak dan citra tak tampak. Untuk dapat dilihat mata manusia, citra tak
tampakharus dirubah menjadi citra tampak, misalnya dengan menampilkannya di
monitor, dicetak di kertas dan sebagainya.
Citra menurut disiplin ilmu Public Relations yaitu
sebuah “mental picture” atau gambar mental yang mengandung unsur positif dan
negatif. Bisa disebut wujud nyata dari sebuah obyek, dalam hal ini yaitu sebuah
individu ataupun lembaga. Citra merupakan visualisasi obyek itu yang dapat
dinilai oleh mata manusia yang memandang (menilai).
Pada dasarnya ada dua macam
pencitraan:
1.
Pencitraan
yang disengaja
Contoh:
Berbicara di hadapan banyak wartawan
2.
Pencitraan
yang tidak disengaja.
Contoh:
Tanpa sepengetahuannya, perilakunya diberitakan wartawan.
Unsur-unsur pencitraan:
1. subjek pencitraan, yakni
pribadi atau nonpribadi
2. objek pencitraan,yakni
peristiwa atau kondisi/situasi
3. tujuan pencitraan, yakni
Memberi gambaran/persepsi yang baik terhadap subjek pencitraan.
Menurut Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, terdapat empat
komponen pembentukan citra antara lain :
1.
Persepsi,
diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu
proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan memberikan makna terhadap
rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi
inilah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau pandangan
individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat
memenuhi kognisi individu.
2.
Kognisi,
yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan
timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup dapat
mempengaruhi perkembangan kognisinya.
3.
Motivasi
dan sikap yang ada akan menggerakan respon seperti yang diinginkan oleh pemberi
rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
4.
Sikap
adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam
menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan
kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan kecendrungan
untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu, sikap mempunyai daya pendorong atau
motivasi sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu,
menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, sikap mengandung aspek
evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, sikap
juga diperhitungkan atau diubah.
Proses
ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi
respons. Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada individu dapat diterima
atau ditolak. Jika rangsangan ditolak, maka proses selanjutnya tidak akan
berjalan. Hal ini menunjukan bahwa rangsangan tersebut tidak efektif dalam
mempengaruhi individu karena tidak adanya perhatian dari individu tersebut.
Sebaliknya, jika rangsangan itu diterima oleh individu, berarti terdapat
komunikasi dan perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya
dapat berjalan.
Begitu pula
dengan Public Relations dalam hubungannya dengan publik, haruslah
senantiasa mengorganisasi pesan agar stimulus yang ada pada publik akan
diterima dengan baik dalam hal ini mencapai citra yang baik. Maka berikut ini
terdapat bagan dari orientasi Public Relations , yakni image building
(membangun citra).
B.
Jenis-Jenis Pencitraan
Jenis Pencitraan ada lima:
1.
Citra Bayangan (Mirror
Image).
Citra bayangan adalah suatu citra yang melekat pada
orang–orang dalam atau anggota organisasi pada suatu
perusahaan/organisasi. Biasanya citra bayangan ini sering melekat pada para
pimpinan organisasinya.“Orang–orang dalam“ organisasi sering menganggap bahwa
citra organisasi di mata masyarakat adalah positif bahkan seringkali terlalu
positif. Anggapan “orang–orang dalam“ organisasi tentang citranya yang positif
di masyarakat memang seringkali tidak selalu tepat atau tidak sesuai
dengan kenyataan yang sesungguhnya sedang terjadi.
2.
Citra Yang Berlaku (Current Image).
Citra yang berlaku adalah
suatu citra atau pandangan yang melekat
dari pihak – pihak luar / eksternal tentang suatu
organisasi. Seperti citra bayangan, citra yang berlaku juga tidak
selamanya / seringkali jarang sesuai dengan
kenyataan, karena hal tersebut terbentuk
berdasarkan pengalaman atau pengetahuan dari
orang – orang luar tersebut yang biasanya
tidak punya informasi yang memadai tentang
organisasi yang bersangkutan. Citra tersebut
cenderung negatif sehingga bisa punya
dampak bagi citra buruk organisasi. Dan
seringkali kurang disadari oleh pihak
manajemen banyak organisasi, oleh karena itu
public relations harus secara simultan
menginterpretasikan sikap – sikap pihak luar terhadap
organisasinya yang bisa saja keliru
memperkirakan pandangan khalayak eksternalnya.
3.
Citra Yang Diharapkan (Wish Image).
Citra yang diharapkan adalah
suatu citra yang diharapkan / diinginkan
oleh pihak manajemen banyak organisasi.
Citra ini juga tidak sama dengan
citra yang sebenarnya. Biasanya
citra yang diharapkan ini
lebih baik atau lebih
menyenangkan daripada citra yang ada.
Namun secara umum, bahwa citra yang
diharapkan adalah suatu hal yang selalu
identik dengan hal – hal yang baik.
Jadi citra yang diharapkan
adalah suatu program yang
dirumuskan dan kemudian dilaksanakan guna
menyambut sesuatu hal yang relatif
baru khususnya pada suatu hal dimana
khalayak eksternal ( target khalayak ) organisasi
belum memiliki informasi yang memadai
mengenai hal yang dimaksud.
4.
Citra Majemuk (Multiple
Image)
Citra majemuk adalah suatu
citra yang beraneka ragam yang belum
tentu sama dengan citra organisasi atau
perusahaan secara menyeluruh. Bisa dikatakan
bahwa jumlah citra yang dimiliki suatu
organisasi / perusahaan sama banyaknya dengan
jumlah anggota organisasi yang dimilikinya.
Untuk mengantisipasi masalah – masalah yang
mungkin akan timbul, variasi citra tersebut
harus dieliminis seminimal mungkin dan
citra perusahaan harus ditegakkan. Contoh solusi
yang bisa diterapkan antara lain mewajibkan
semua karyawan mengenakan pakaian seragam,
menyamakan jenis dan warna mobil dinas dsb.
5.
Citra Perusahaan (Corporate
Image)
Citra perusahaan atau seringkali
juga disebut sebagai citra lembaga / institusi
adalah merupakan citra dari sebuah
organisasi secara menyeluruh. Penjabaran citra
perusahaan bukan hanya dilihat secara
parsial dari sudut citra atas produk
atau pelayanan semata – mata. Karena citra
perusahaan merupakan sebuah proses
perjalanan perusahaan yang kemudian
menghasilkan sebuah penilaian secara
menyeluruh tentang organisasi yaitu citra
perusahaan. Indikator citra antara lain sejarah
atau riwayat hidup perusahaan yang
gemilang, kinerja keuangan yang pernah
diraih, keberhasilan ekspor, hubungan industrial yang
baik, partisipasi dalam memikul tanggung
jawab sosial dsb.
Dari
berbagai jenis – jenis citra di atas,
sebagai public relations yang harus
dilakukan adalah membuat citra yang
baik yaitu membentuk impressi atau kesan
yang benar tentang dirinya sendiri,
para pemimpin organisasinya, anggota – anggota
organisasi terhadap khalayak
eksternalnya yang
dilandasi dengan pengalaman,
pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan
yang sesungguhnya. Bukan dengan cara “
dipoles agar lebih indah dari warna aslinya
“ yang justru dapat berdampak negatif
bagi organisasi.
Suatu
citra yang sebenarnya dapat dimunculkan
kapan saja, termasuk di tengah terjadinya
musibah atau sesuatu hal yang buruk
menimpa organisasi baik termasuk hal – hal yang
berkaitan dengan perilaku para pemimpin dan
anggota organisasinya. Sebagai public
relations, secara jujur kita mengemukakan
apa yang menjadi penyebabnya. Karena
pemolesan citra yang tidak sesuai
dengan fakta yang ada pada dasarnya
tidak sesuai dengan hakikat humas itu
sendiri. Dalam rangka menegakkan
kredibilitas humas segala macam usaha
pemolesan citra harus dihindari. Meskipun
akan di dapat keuntungan jangka pendek hal
tersebut tidak akan ada artinya dibandingkan
dengan kerugian jangka panjang yang
akan ditimbulkannya.
C.
Fungsi dan Tujuan Pencitraan Bagi
Seorang Public Relations
Fungsi
dan Tujuan dari citra adalah menciptakan citra yang positif tentang
Organisasinya terhadap Publik bahwa instansi itu positif baik internal maupun
eksternal.
Fungsi
Pencitraan bagi seorang PR (Public Relations) tak luput dari fungsi PR
tersebut, antara lain:
1. Menunjang
kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Membina
hubungan antara organisasi dengan publik, baik publik ekstern maupun intern.
3. Menciptakan
komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi
kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada publik.
4. Melayani
publik demi kepentingan umum.
Sedangkan tujuan Public
Relations melakukan pencitraan antara lain:
1. Untuk
mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya
kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Untuk
meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
3. Untuk
menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada
masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
4. Untuk
memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar
baru.
5. Untuk
mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas rencana perusahaan
untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan.
6. Untuk
memperbaiki hubungan antar perusahaan itu dengan masyarakatnya, sehubungan
dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian,
atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan.
7. Untuk
mendidik konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan
produk-produk perusahaan.
8. Untuk
meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali
setelah terjadinya suatu krisis.
9. Untuk
meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko
pengambilalihan oleh pihak lain.
10. Untuk
menciptakan identitas perusahaan yang baru.
D.
Membangun
Citra yang Positif
Peran
penting seorang Public Relation bagi pembentukan Citra Perusahaan/Organisasi
yaitu untuk memberikan pendapat-pendapat positif dari public. Dalam hal
ini, yang sering kita jumpai yaitu bagaimana seorang Public Relations menjalin
hubungan baik dengan masyarakat internal maupun masyarakat eksternal.
Agar citra positif tetap ada dalam organisasi. Selain itu Public Relations digambarkan sebagai input-output. input adalah
stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu.
Efektivitas PR di dalam pembentukan citra erat kaitannya dengan kemampuan
pemimpin dalam menyelesaikan tugas organisasinya, baik secara individual maupun
tim yang dipengaruhi oleh praktek berorganisasi dan manajemen waktu/ perubahan
dalam mengelola sumber daya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang
efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah, informasi, berita dan
laporan, serta menjalin hubungan dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan
penguasaan identitas diri yang mencakup aspek fisik, Citra humas yang
ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman,
pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti
citra tidak seharusnya “dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena
hal itu justru dapat mengacaukannya (Anggoro, 2002).
Salah satu fungsi humas yaitu sebagai agen pembentuk opini publik yang
berarti sebagai agen yang menghubungkan organisasi dengan publiknya, termasuk
tugas membangun citra organisasi. Citra organisasi dibangun dari elemen visual,
verbal, dan perilaku yang menjadi cerminan aktualisasi dari visi pemimpin
organisasi yang terintegrasi dengan misi dan rencana strategis organisasi.
Citra harus dikelola melalui dialog dan hubungan baik dengan khalayak
organisasi. Berbagai program kerja dapat dilakukan oleh seorang humas untuk
membangun citra positif organisasi diataranya dengan pelayanan informasi,
publikasi, mengadakan kegiatan, pelibatan khalayak, lobbies, dan pelibatan
masyarakat sosial.
Keberhasilan seorang humas dalam mengelola citra organisasi merupakan
salah satu kunci keberhasilannya memenangkan persaingan organisasi itu sendiri.
Memahami betapa pentingnya mengelola citra membuat kita sadar, bahwa menjaga citra
bukanlah sesuatu yang mudah. Citra dan reputasi yang terlanjur jatuh,
membutuhkan waktu lama untuk membangunnya kembali. Disinilah manajemen citra
berperan, kemampuan humas dalam suatu organisasi mengelola citra membuat
organisasi tersebut siap menghadapi segala situasi yang tak terduga sekalipun.
Ada
beberapa cara membentuk citra positif yang biasanya didapatkan oleh lembaga,
organisasi dan dilakukan oleh praktisi PR yaitu :
1.
Menciptakan
Public Understanding ( pengertian public). Pengertian belum berarti
persetujuan/penerimaan, dan persetujuan belum berarti penerimaan. Di sini
public memahami organisasi/perusahaan tersebut dalam masalah produk/jasa,
aktivitas-aktivitas, reputasi, perilaku manajemen,dan
sebagainya.
2.
Menciptakan
Public Confidence (adanya kepercayaan public terhadap organisasi).
3.
Menciptakan
Public Support ( adanya unsur dukungan dari public terhadap organisasi) baik
itu dalam bentuk material maupun spiritual.
4.
Menciptakan
Public Corperation ( adanya kerjasama dari public terhadap organisasi).
5.
Menciptakan
Goodwill.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencitraan adalah suatu upaya
pembentukan opini publik sesuai dengan harapan pihak yang melakukan pencitraan
tersebut. Umumnya, yang melakukan pencitraan ini adalah orang yang
bersangkutan. Tetapi, bisa juga dilakukan dengan bantuan tim sukses atau orang
terdekat.
Jenis-jenis
Pencitraan:
1.
Citra Bayangan (Mirror
Image).
2.
Citra Yang Berlaku (Current Image).
3.
Citra Yang Diharapkan (Wish Image).
4.
Citra Majemuk (Multiple
Image).
5.
Citra Perusahaan (Corporate
Image).
Fungsi
Pencitraan bagi seorang PR (Public Relations) tak luput dari fungsi PR
tersebut, antara lain:
1. Menunjang
kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Membina
hubungan antara organisasi dengan publik, baik publik ekstern maupun intern.
3. Menciptakan
komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi
kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada publik.
4. Melayani
publik demi kepentingan umum.
Tujuan
Public Relations melakukan pencitraan antara lain:
1. Untuk
mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya
kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Untuk
meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
3. Untuk
menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada
masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
4. Untuk
memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar
baru.
5. Untuk
mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas rencana perusahaan
untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan.
6. Untuk
memperbaiki hubungan antar perusahaan itu dengan masyarakatnya, sehubungan
dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian,
atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan.
7. Untuk
mendidik konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan
produk-produk perusahaan.
8. Untuk
meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali
setelah terjadinya suatu krisis.
9. Untuk
meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko
pengambilalihan oleh pihak lain.
10. Untuk
menciptakan identitas perusahaan yang baru.
Cara
membentuk citra positif yang biasanya didapatkan oleh lembaga, organisasi dan
dilakukan oleh praktisi PR yaitu :
1.
Menciptakan
Public Understanding ( pengertian public). Pengertian belum berarti
persetujuan/penerimaan, dan persetujuan belum berarti penerimaan. Di sini
public memahami organisasi/perusahaan tersebut dalam masalah produk/jasa,
aktivitas-aktivitas, reputasi, perilaku manajemen,dan
sebagainya.
2.
Menciptakan
Public Confidence (adanya kepercayaan public terhadap organisasi).
3.
Menciptakan
Public Support ( adanya unsur dukungan dari public terhadap organisasi) baik
itu dalam bentuk material maupun spiritual.
4.
Menciptakan
Public Corperation ( adanya kerjasama dari public terhadap organisasi).
5.
Menciptakan
Goodwill.
B. Saran-Saran
1. Kita
harus memahami definisi Pencitraan.
2. Kita
harus memahami fungsi, tujuan serta peran Public Relations dalam membentuk
citra yang positif.
3. Kita
harus mampu mengalisa pencitraan yang dilakukan oleh seorang Publi Relations
(Humas).
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar