Label

Rabu, 02 Juli 2014

Makalah HUMAS "Pentingnya Pencitraan Dalam Kegiatan Public Relations"




SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI ( STIA )

AMUNTAI TAHUN 2014
  


HUBUNGAN MASYARAKAT
Pentingnya Pencitraan Dalam Kegiatan Public Relations




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Berbicara Pencitraan tidak lepas dari preposisi seseorang atau organisasi terhadap citranya dimata public sehingga melahirkan sebuah respon positif. Begitu juga akselerasi public terhadap pribadi selalu dapat dilihat dari sejauhmana menampilkan kesan positif yang bisa membangun tingkat kepercayaan terhadap pigur pribadi atau branc image sebuah organisasi.
Masalahnya sering kali terjadi kalau citra membangkitkan kepura-puraan kita terhadap public. Sehingga seolah kita melakukan sesuatu bukan diri kita tapi polesan lipstick. Apa yang kita lakukan hampir sama dengan apa yang kita pikirkan. Kita akan terlihat percaya diri ketika kita berpikir bahwa diri kita pantas untuk memiliki citra kita sehingga ketika kita masuk ke sebuah restoran maka kita pikirkan tentang jenis pelayanan yang kita terima, cara orang lain menatap kita dengan respek dan segalanya nampak tepat pada tempatnya bagi kita.
Itulah pemposisian citra kita terlihat akan kuat tapi tidak mencerminkan kearoganan dan kemunafikan di dalamnya tapi di dalam ada ketulusan hati untuk berprilaku sehingga semua orang akan menangkap citra kita secara positif karena memang kita pantas mendapat respek tersebut.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kita dapat merumuskan beberapa permasalahan dalam menyajikan makalah ini, antara lain:
1.      Apa definisi pencitraan ?
2.      Apa saja jenis-jenis pencitraan?
3.      Apa fungsi dan tujuan pencitraan bagi seorang Public Relations ?
4.      Bagaimana membangun citra yang positif ?

C.      Tujuan
1.      Memahami definisi  Pencitraan.
2.      Mengetahui dan memahami jenis-jenis pencitraan.
3.      Mengetahui dan memahami fungsi dan tujuan pencitraan bagi seorang Public Relations.
4.      Mengetahui dan memahami bagaimana cara humas (Public Relations) dalam membentuk Citra yang Positif

D.      Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah
1.      untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Pencitraan dalam Public Relations
2.      Mendapatkan informasi tentang jenis-jenis, fungsi dan tujuan Pencitraan
3.      Mendapatkan pengetahuan mengenai peran humas (Public Relations) dalam membentuk citra yang positif.

















BAB II
PEMBAHASAN


A.      Definisi Pencitraan
Menurut Frank Jefkins dalam buku Public Relations , definisi citra dalam konteks humas citra diartikan sebagai "kesan, gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan berbagai kebijakan personil personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusaahaan.”
Pencitraan adalah suatu upaya pembentukan opini publik sesuai dengan harapan pihak yang melakukan pencitraan tersebut. Umumnya, yang melakukan pencitraan ini adalah orang yang bersangkutan. Tetapi, bisa juga dilakukan dengan bantuan tim sukses atau orang terdekat.
Menurut “Collin English Dictionary” (Sandra Oliver, 2006:50) memberikan istilah citra adalah suatu gambaran tentang mental; ide yang dihasilkan oleh imaginasi atau kepribadian yang ditunjukkan kepada public oleh seseorang.
Pencitraan awalnya adalah istilah yang digunakan bagi para politisi yang tiba-tiba jadi banyak berbuat amal menjelang pemilu. Hal ini digunakan untuk memperbaiki citra mereka di mata publik. Pencitraan mulai bergeser makna ketika social media seperti Facebook, Twitter, dan Foursquare mulai merajalela di Indonesia. Untuk pertama kalinya, user bisa memamerkan apa yang mereka rasakan/sedang makan/sedang lihat/sedang dipikirkan kepada banyak orang sekaligus. Pencitraan model baru ini semakin merajalela dengan semakin merajalelanya ponsel-ponsel yang bisa internetan di Indonesia. Ponsel-ponsel ini memungkinkan semua orang untuk update status dimanapun kapanpun tanpa perlu menunggu pulang ke rumah atau pergi ke warnet. Hal-hal yang paling banyak digunakan untuk pencitraan seperti: Makanan, event, konser band, tempat, dan kegalauan.
Definisi citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu obyek atau benda. Sebuah citra mengandung informasi tentang obyek yang direpresentasikan. Citra dapat dikelompokkan menjadi citra tampak dan citra tak tampak. Untuk dapat dilihat mata manusia, citra tak tampakharus dirubah menjadi citra tampak, misalnya dengan menampilkannya di monitor, dicetak di kertas dan sebagainya.
Citra menurut disiplin ilmu Public Relations yaitu sebuah “mental picture” atau gambar mental yang mengandung unsur positif dan negatif. Bisa disebut wujud nyata dari sebuah obyek, dalam hal ini yaitu sebuah individu ataupun lembaga. Citra merupakan visualisasi obyek itu yang dapat dinilai oleh mata manusia yang memandang (menilai).

Pada dasarnya ada dua macam pencitraan:
1.                Pencitraan yang disengaja
Contoh: Berbicara di hadapan banyak wartawan
2.                Pencitraan yang tidak disengaja.
Contoh: Tanpa sepengetahuannya, perilakunya diberitakan wartawan.

Unsur-unsur pencitraan:
1.      subjek pencitraan, yakni pribadi atau nonpribadi
2.      objek pencitraan,yakni peristiwa atau kondisi/situasi
3.      tujuan pencitraan, yakni Memberi gambaran/persepsi yang baik terhadap subjek pencitraan.
Menurut Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, terdapat empat komponen pembentukan citra antara lain :
1.      Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi inilah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.
2.      Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.
3.      Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakan respon seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
4.      Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, sikap juga diperhitungkan atau diubah.
Proses ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsangan ditolak, maka proses selanjutnya tidak akan berjalan. Hal ini menunjukan bahwa rangsangan tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak adanya perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsangan itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan.
        Begitu pula dengan Public Relations dalam hubungannya dengan publik, haruslah senantiasa mengorganisasi pesan agar stimulus yang ada pada publik akan diterima dengan baik dalam hal ini mencapai citra yang baik. Maka berikut ini terdapat bagan dari orientasi Public Relations , yakni image building (membangun citra).
B.       Jenis-Jenis Pencitraan

Jenis Pencitraan ada lima:
1.      Citra Bayangan (Mirror Image).
Citra bayangan adalah suatu citra yang melekat pada orang–orang dalam atau anggota  organisasi  pada suatu perusahaan/organisasi. Biasanya citra bayangan ini sering melekat pada para pimpinan organisasinya.“Orang–orang dalam“ organisasi sering menganggap bahwa citra organisasi di mata masyarakat adalah positif bahkan seringkali terlalu positif. Anggapan “orang–orang dalam“ organisasi tentang citranya yang positif di masyarakat  memang seringkali tidak selalu tepat atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya sedang terjadi.
2.      Citra Yang Berlaku (Current Image).
Citra  yang  berlaku  adalah  suatu  citra  atau  pandangan  yang  melekat  dari  pihak – pihak  luar / eksternal  tentang  suatu  organisasi. Seperti citra bayangan, citra yang berlaku juga tidak   selamanya /  seringkali  jarang  sesuai  dengan  kenyataan,  karena  hal  tersebut  terbentuk  berdasarkan  pengalaman  atau  pengetahuan  dari  orang – orang  luar  tersebut  yang  biasanya  tidak  punya  informasi  yang  memadai  tentang  organisasi  yang  bersangkutan. Citra  tersebut  cenderung  negatif  sehingga  bisa  punya  dampak  bagi  citra  buruk  organisasi.  Dan  seringkali  kurang  disadari  oleh  pihak  manajemen  banyak  organisasi,  oleh  karena  itu  public  relations  harus  secara  simultan  menginterpretasikan  sikap – sikap  pihak  luar  terhadap  organisasinya  yang  bisa  saja  keliru  memperkirakan  pandangan  khalayak  eksternalnya.
3.      Citra Yang Diharapkan (Wish Image).
Citra  yang  diharapkan  adalah  suatu  citra  yang  diharapkan /  diinginkan  oleh  pihak  manajemen  banyak  organisasi.  Citra  ini   juga  tidak  sama  dengan  citra  yang   sebenarnya.   Biasanya   citra   yang   diharapkan   ini   lebih    baik  atau   lebih  menyenangkan  daripada  citra  yang  ada.   Namun  secara  umum,  bahwa  citra  yang  diharapkan  adalah  suatu  hal  yang  selalu  identik  dengan  hal – hal  yang  baik.  Jadi   citra  yang   diharapkan  adalah   suatu    program   yang  dirumuskan  dan  kemudian  dilaksanakan  guna  menyambut  sesuatu  hal  yang  relatif  baru   khususnya  pada  suatu  hal  dimana  khalayak  eksternal  ( target  khalayak )  organisasi  belum  memiliki  informasi  yang  memadai  mengenai  hal  yang   dimaksud.

4.      Citra Majemuk (Multiple Image)
Citra  majemuk  adalah  suatu  citra  yang  beraneka  ragam  yang  belum  tentu  sama  dengan  citra  organisasi  atau  perusahaan  secara  menyeluruh.  Bisa  dikatakan  bahwa  jumlah  citra  yang  dimiliki  suatu  organisasi  / perusahaan  sama  banyaknya  dengan  jumlah  anggota  organisasi  yang  dimilikinya.  Untuk  mengantisipasi  masalah – masalah  yang  mungkin  akan  timbul,  variasi  citra  tersebut  harus  dieliminis  seminimal  mungkin  dan  citra  perusahaan  harus  ditegakkan.  Contoh  solusi  yang  bisa  diterapkan  antara  lain  mewajibkan  semua  karyawan  mengenakan  pakaian  seragam,  menyamakan  jenis  dan  warna  mobil  dinas  dsb.
5.      Citra Perusahaan (Corporate Image)
Citra  perusahaan  atau  seringkali  juga  disebut  sebagai  citra  lembaga / institusi  adalah  merupakan  citra  dari  sebuah  organisasi  secara  menyeluruh.  Penjabaran  citra  perusahaan  bukan  hanya  dilihat  secara  parsial  dari  sudut  citra  atas  produk  atau  pelayanan  semata – mata.  Karena  citra  perusahaan    merupakan  sebuah  proses  perjalanan  perusahaan  yang  kemudian  menghasilkan   sebuah  penilaian  secara  menyeluruh  tentang  organisasi  yaitu  citra  perusahaan.  Indikator  citra antara  lain  sejarah  atau  riwayat  hidup  perusahaan  yang  gemilang,  kinerja  keuangan  yang  pernah  diraih,  keberhasilan  ekspor,  hubungan  industrial  yang  baik,   partisipasi  dalam  memikul  tanggung  jawab  sosial  dsb. 

Dari  berbagai   jenis – jenis  citra  di atas,   sebagai  public  relations  yang  harus  dilakukan  adalah   membuat  citra  yang  baik  yaitu  membentuk  impressi  atau  kesan  yang  benar  tentang  dirinya   sendiri,   para  pemimpin  organisasinya, anggota – anggota  organisasi   terhadap khalayak    eksternalnya    yang    dilandasi    dengan    pengalaman,  pengetahuan  serta  pemahaman  atas  kenyataan  yang  sesungguhnya.  Bukan  dengan  cara  “ dipoles  agar  lebih  indah  dari  warna  aslinya “  yang  justru  dapat  berdampak  negatif   bagi  organisasi.  
Suatu  citra  yang  sebenarnya  dapat  dimunculkan  kapan  saja,  termasuk  di tengah  terjadinya  musibah  atau  sesuatu  hal  yang  buruk  menimpa  organisasi baik  termasuk  hal – hal  yang  berkaitan  dengan  perilaku  para  pemimpin  dan  anggota  organisasinya.   Sebagai  public  relations,  secara  jujur  kita  mengemukakan  apa  yang  menjadi  penyebabnya.  Karena  pemolesan  citra  yang  tidak  sesuai   dengan  fakta  yang  ada  pada  dasarnya  tidak  sesuai  dengan  hakikat  humas  itu  sendiri.    Dalam  rangka  menegakkan  kredibilitas  humas  segala  macam  usaha  pemolesan  citra  harus  dihindari.  Meskipun  akan  di dapat  keuntungan  jangka  pendek  hal  tersebut  tidak  akan  ada  artinya  dibandingkan  dengan  kerugian  jangka  panjang  yang  akan   ditimbulkannya.  








C.      Fungsi dan Tujuan Pencitraan Bagi Seorang Public Relations

Fungsi dan Tujuan dari citra adalah menciptakan citra yang positif tentang Organisasinya terhadap Publik bahwa instansi itu positif baik internal maupun eksternal.
Fungsi Pencitraan bagi seorang PR (Public Relations) tak luput dari fungsi PR tersebut, antara lain:
1.      Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
2.      Membina hubungan antara organisasi dengan publik, baik publik ekstern maupun intern.
3.      Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada publik.
4.      Melayani publik demi kepentingan umum.

Sedangkan tujuan Public Relations melakukan pencitraan antara lain:
1.      Untuk mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.
2.      Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
3.      Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
4.      Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru.
5.      Untuk mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas rencana perusahaan untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan.
6.      Untuk memperbaiki hubungan antar perusahaan itu dengan masyarakatnya, sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan.
7.      Untuk mendidik konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan.
8.      Untuk meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis.
9.      Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko pengambilalihan oleh pihak lain.
10.  Untuk menciptakan identitas perusahaan yang baru.

D.      Membangun Citra yang Positif
Peran penting seorang Public Relation bagi pembentukan Citra Perusahaan/Organisasi  yaitu untuk memberikan pendapat-pendapat positif dari public. Dalam hal ini, yang sering kita jumpai yaitu bagaimana seorang Public Relations menjalin hubungan baik  dengan masyarakat internal maupun masyarakat eksternal. Agar citra positif tetap ada dalam organisasi. Selain itu Public Relations digambarkan sebagai input-output.  input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Efektivitas PR di dalam pembentukan citra  erat kaitannya dengan kemampuan pemimpin dalam menyelesaikan tugas organisasinya, baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh praktek berorganisasi dan manajemen waktu/ perubahan dalam mengelola sumber daya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah, informasi, berita dan laporan, serta menjalin hubungan dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan penguasaan identitas diri yang mencakup aspek fisik,  Citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seharusnya “dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru dapat mengacaukannya (Anggoro, 2002).
Salah satu fungsi humas yaitu sebagai agen pembentuk opini publik yang berarti sebagai agen yang menghubungkan organisasi dengan publiknya, termasuk tugas membangun citra organisasi. Citra organisasi dibangun dari elemen visual, verbal, dan perilaku yang menjadi cerminan aktualisasi dari visi pemimpin organisasi yang terintegrasi dengan misi dan rencana strategis organisasi. Citra harus dikelola melalui dialog dan hubungan baik dengan khalayak organisasi. Berbagai program kerja dapat dilakukan oleh seorang humas untuk membangun citra positif organisasi diataranya dengan pelayanan informasi, publikasi, mengadakan kegiatan, pelibatan khalayak, lobbies, dan pelibatan masyarakat sosial.
Keberhasilan seorang humas dalam mengelola citra organisasi merupakan salah satu kunci keberhasilannya memenangkan persaingan organisasi itu sendiri. Memahami betapa pentingnya mengelola citra membuat kita sadar, bahwa menjaga citra bukanlah sesuatu yang mudah. Citra dan reputasi yang terlanjur jatuh, membutuhkan waktu lama untuk membangunnya kembali. Disinilah manajemen citra berperan, kemampuan humas dalam suatu organisasi mengelola citra membuat organisasi tersebut siap menghadapi segala situasi yang tak terduga sekalipun.
Ada beberapa cara membentuk citra positif yang biasanya didapatkan oleh lembaga, organisasi dan dilakukan oleh praktisi PR yaitu :
1.         Menciptakan Public Understanding ( pengertian public). Pengertian belum berarti persetujuan/penerimaan, dan persetujuan belum berarti penerimaan. Di sini public memahami organisasi/perusahaan tersebut dalam masalah produk/jasa, aktivitas-aktivitas, reputasi, perilaku manajemen,dan sebagainya.
2.         Menciptakan Public Confidence (adanya kepercayaan public terhadap organisasi).
3.         Menciptakan Public Support ( adanya unsur dukungan dari public terhadap organisasi) baik itu dalam bentuk material maupun spiritual.
4.         Menciptakan Public Corperation ( adanya kerjasama dari public terhadap organisasi).
5.         Menciptakan Goodwill.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pencitraan adalah suatu upaya pembentukan opini publik sesuai dengan harapan pihak yang melakukan pencitraan tersebut. Umumnya, yang melakukan pencitraan ini adalah orang yang bersangkutan. Tetapi, bisa juga dilakukan dengan bantuan tim sukses atau orang terdekat.
Jenis-jenis Pencitraan:
1.      Citra Bayangan (Mirror Image).
2.      Citra Yang Berlaku (Current Image).
3.      Citra Yang Diharapkan (Wish Image).
4.      Citra Majemuk (Multiple Image).
5.      Citra Perusahaan (Corporate Image).

Fungsi Pencitraan bagi seorang PR (Public Relations) tak luput dari fungsi PR tersebut, antara lain:
1.      Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
2.      Membina hubungan antara organisasi dengan publik, baik publik ekstern maupun intern.
3.      Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada publik.
4.      Melayani publik demi kepentingan umum.

Tujuan Public Relations melakukan pencitraan antara lain:
1.      Untuk mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.
2.      Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
3.      Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
4.      Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru.
5.      Untuk mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas rencana perusahaan untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan.
6.      Untuk memperbaiki hubungan antar perusahaan itu dengan masyarakatnya, sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan.
7.      Untuk mendidik konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan.
8.      Untuk meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis.
9.      Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko pengambilalihan oleh pihak lain.
10.  Untuk menciptakan identitas perusahaan yang baru.

Cara membentuk citra positif yang biasanya didapatkan oleh lembaga, organisasi dan dilakukan oleh praktisi PR yaitu :
1.         Menciptakan Public Understanding ( pengertian public). Pengertian belum berarti persetujuan/penerimaan, dan persetujuan belum berarti penerimaan. Di sini public memahami organisasi/perusahaan tersebut dalam masalah produk/jasa, aktivitas-aktivitas, reputasi, perilaku manajemen,dan sebagainya.
2.         Menciptakan Public Confidence (adanya kepercayaan public terhadap organisasi).
3.         Menciptakan Public Support ( adanya unsur dukungan dari public terhadap organisasi) baik itu dalam bentuk material maupun spiritual.
4.         Menciptakan Public Corperation ( adanya kerjasama dari public terhadap organisasi).
5.         Menciptakan Goodwill.
B.       Saran-Saran
1.      Kita harus memahami definisi Pencitraan.
2.      Kita harus memahami fungsi, tujuan serta peran Public Relations dalam membentuk citra yang positif.
3.      Kita harus mampu mengalisa pencitraan yang dilakukan oleh seorang Publi Relations (Humas).























DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar